Membuat Dialog “Anekdot Hukum Peradilan” Anekdot menurut KBBI (kamus besar
bahasa Indonesia) yang bertuliskan bahwa pengertian anekdot adalah cerita lucu karna menarik dan
mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau terkenal dan berdasarkan
kejadian yang sebenarnya. Dengan bentuk dan gambaran yang singkat dan pendek, anekdot
mempunyai sifat yang sangat lentur sehingga memiliki banyak pembaca. Sedangkan
teks dialog adalah teks yang menampilkan dua orang pembicara atau lebih seperti
dalam teks drama. Teks anekdot dapat dibuat menjadi teks dialog.
Cara Mengubah Teks Anekdot ke Dialog
Untuk mengubah teks anekdot menjadi teks dialog dapat dilakukan
dengan cara mengubah cara penulisan alinea atau paragraf-paragraf dalam
teks anekdot kedalam bentuk percakapan atau dialog. Dalam kalimat percakapan
kalimat langsung ditulis dengan penutur dipisahkan menggunakan tanda titik dua
(:), kemudian diikuti dialog. Keterangan yang bersifat informatif dan naratif
di dalam anekdot di buat menjadi keterangan penyerta pelaku dalam dialog.
Keterangan tersebut di tulis di luar dialog dengan ciri tanda kurung ( . . . ).
Perhatikan contoh teks dialog dari "Anekdot Hukum Peradilan" berikut ini.
Pada
zaman dahulu di suatu negara (yang pasti bukan negara kita) ada seorang
tukang pedati yang rajin dan tekun. Setiap pagi dia membawa barang dagangan
ke pasar dengan pedatinya. Suatu pagi dia melewati jembatan yang baru
dibangun. Namun sayang, ternyata kayu yang dibuat untuk jembatan tersebut
tidak kuat. Akhirnya, tukang pedati itu jatuh ke sungai. Kuda beserta
dagangannya hanyut. Suatu ketika salah seorang warga merasa dirugikan dan dia
pun segera melapor ke meja peradilan.
Si Tukang Pedati dan keluarganya tidak terima karena mendapat kerugian gara-gara jembatan yang rapuh. Setelah itu, mereka melaporkan kejadian itu kepada hakim untuk mengadukan si Pembuat Jembatan agar dihukum dan memberi uang ganti rugi. Zaman dahulu orang dapat melapor langsung ke hakim karena belum ada polisi. |
||
Tukang Pedati
|
:
|
“Yang
Mulia Hakim, saya merasa dirugikan karena kejadian kemarin. Saya mohon Si
pembuat jembatan itu dituntut dan dihukum karena perbuatanya!”
|
Hakim
|
:
|
“Baiklah,
permintaan anda saya kabulkan. Pengawal ! panggil Si Tukang Pembuat Jembatan
dan bawa dia kesini!”
|
Pengawal
|
:
|
“Baik
Yang Mulia Hakim.” (pergi mencari Si Tukang Pembuat Jembatan)
|
Setelah beberapa jam kemudia pengawal membawa si tukang pembuat jembatan, si Pembuat Jembatan tentu protes dan tidak terima. |
||
Pengawal
|
:
|
“Ini
tuan si tukang pembuat jembatan itu.”
|
Hakim
|
:
|
“Silahkan
duduk!”
|
Pembuat jembatan
|
:
|
”Apa salah hamba Yang Mulia sehingga saya
harus datang ke pengadilan dan duduk di kursi terdakwa ini ?”
|
Hakim
|
:
|
“Kesalahanmu
adalah membuat jembatan yang tidak memenuhi standar sehingga telah
mengakibatkan si tukang pedati beserta pedati dan barang dagangan mereka
jatuh ke sungai.”
|
Pembuat Jembatan
|
:
|
"Maaf
Yang Mulai, hamba membuat jembatan menggunakan kayu yang saya beli dari
pedagang kayu. Kayu tersebut kualitasnya jelek Yang Mulia"
|
Hakim
|
:
|
"Kalau
kamu sudah tahu kualitas kayunya jelek, mengapa kayu tersebut tetap kamu
gunakan?
|
Pembuat jembatan
|
:
|
"Begini
Yang Mulia, jika saya harus menggunakan kayu yang berkualitas baik maka
harganya tinggi sehingga saya hanya mendapat untung yang sedikit. Selain itu
tukang kayu tersebut juga merupakan rekanan dari seorang Punggawa Istana
sehingga saya tidak bisa menolak ketika ia memberikan kayu yang berkualitas
jelek tersebut."
|
Hakim
|
:
|
"Oh,
begitu ceritanya. Kamu saya bebaskan dari tuntutan. Pengawal bawa keluar si
pembuat jembatan dan bawa kehadapanku si tukang kayu!"
|
Pengawal
|
:
|
"Baik
Yang Mulia."
|
Setelah
beberapa jam kemudia pengawal membawa si tukang kayu.
|
||
Hakim
|
:
|
“Silahkan
duduk!”
|
Tukang kayu
|
:
|
Yang
Mulia Hakim, apa kesalahan hamba sehingga hamba dipanggil ke persidangan?”
|
Hakim
|
:
|
"Kesalahan
kamu sangat besar. Kayu yang kamu bawa untuk membuat jembatan itu ternyata
jelek dan rapuh sehingga menyebabkan seseorang jatuh dan kehilangan pedati
beserta kudanya. Oleh karena itu, kamu harus dihukum dan mengganti segala
kerugian si Tukang Pedati.”
|
Tukang kayu
|
:
|
"Kalau
itu permasalahannya, ya, jangan salahkan saya, salahkan saja si Penjual Kayu
yang menjual kayu yang jelek.”
|
Hakim
|
:
|
“Benar
juga apa yang dikatakan si Tukang Kayu ini. Si Penjual Kayu inilah yang
menyebabkan tukang kayu membawa kayu yang jelek untuk si Pembuat Jembatan.”
|
Pengawal
|
:
|
“Hai
pengawal, bawa si Penjual Kayu kemari untuk mempertanggungjawabkan
perbuatannya!”
|
Pergilah
si Pengawal menjemput si Penjual Kayu. Si Penjual Kayu dibawa oleh
pengawal tersebut ke hadapan hakim.
|
||
Penjual kayu
|
:
|
“Yang
Mulia Hakim, apa kesalahan hamba sehingga dibawa ke sidang pengadilan ini?”
|
Hakim
|
:
|
“Kesalahanmu
sangat besar karena kamu tidak menjual kayu yang bagus kepada si Tukang Kayu
sehingga jembatan yang dibuatnya tidak kukuh dan menyebabkan seseorang
kehilangan kuda dan barang dagangannya dalam pedati.”
|
Penjual kayu
|
:
|
“Kalau
itu permasalahannya, jangan menyalahkan saya. Yang salah pembantu saya. Dialah yang
menyediakan beragam jenis kayu untuk dijual. Dialah yang salah memberi kayu
yang jelek kepada si Tukang Kayu itu.”
|
Hakim
|
:
|
(Benar
juga apa yang dikatakan si Penjual Kayu itu) “Hai pengawal bawa si Pembantu
ke hadapanku!”.
|
Maka
si Pengawal pun menjemput si Pembantu, seperti halnya orang yang telah
dipanggil terlebih dahulu oleh hakim.
|
||
Pembantu gemuk
|
:
|
“Yang
Mulia Hakim, apa kesalahan hamba sehingga dibawa ke sidang pengadilan ini?”
|
Hakim
|
:
|
“Kesalahanmu
sangat besar karena kamu menyediakan kayu yang bagus kepada si Tukang Kayu
sehingga jembatan yang dibuatnya tidak kukuh dan menyebabkan seseorang
kehilangan kuda dan barang dagangannya dalam pedati.”
|
Pembantu gemuk
|
:
|
"Anu
Yang Mulia, anu....., anu....." (penjelasan si pembantu gemuk tidak
memuaskan sang hakim)
|
Hakim
|
:
|
“Hai
pengawal bawa si Pembantu ke dalam penjara dan suruh dia mengganti rugi atas
kecelakaan yang dialami si tukang pedati !”.
|
Pengawal
|
:
|
“Baik
Yang Mulia” (pengawal membawa pembantu gemuk ke dalam penjara)
|
Setelah beberapa menit kemudian pengawal kembali memasuki ruang persidangan dan menghadap sang hakim. |
||
Hakim
|
:
|
”Hai,
Pengawal apakah hukuman sudah dilaksanakan?”
|
Pengawal
|
:
|
”Belum,
Yang Mulia, sulit sekali untuk melaksanakannya.”
|
Hakim
|
:
|
“Mengapa
sulit? Bukankah kamu sudah biasa memenjarakan dan menyita uang orang?”
|
Pengawal
|
:
|
“Sulit,
Yang Mulia. Si Pembantu badannya terlalu tinggi dan gemuk. Penjara yang kita
punya tidak muat karena terlalu sempit dan si Pembantu itu tidak punya uang
untuk disita.”
|
Hakim
|
:
|
(marah)
“Kamu bego amat! Gunakan dong akalmu, cari pembantu si Penjual Kayu yang
lebih pendek, kurus, dan punya uang!”
|
Setelah
itu, si Pengawal mencari pembantu si Penjual Kayu yang lain yang berbadan
pendek, kurus, dan punya uang.
|
||
Pembantu kurus
|
:
|
“Wahai,
Yang Mulia Hakim. Apa kesalahan hamba sehingga harus dipenjara?”
|
Hakim
|
:
|
(dengan
enteng) “Kesalahanmu adalah pendek, kurus, dan punya uaaaaang!!!!”
|
Setelah si Pembantu yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang itu dimasukkan ke penjara dan uangnya disita, sang Hakim bertanya kepada khalayak ramai yang menyaksikan pengadilan tersebut. |
||
Hakim
|
:
|
”Saudara-saudara
semua, bagaimanakah menurut pandangan kalian, peradilan ini sudah adil?”
|
Masyarakat
|
:
|
(serempak)
“Adiiill!!!”.
|
Pembantu kurus pun dipenjara dan diminta uangnya untuk ganti rugi sekaligus upah bagi yang mulia hakim. Perkara pun selesai dan semua rakyat pun pulang dengan rasa bahagia kecuali pembantu gemuk yang harus mendekam dalam penjara dan kehilangan uangnya. |
Menceritakan Ulang
Seorang
kerabat si Tukang Pedati mengadukan seorang pembuat jembatan kepada Yang Mulia
Hakim karena jembatan yang dibuatnya runtuh yang menyebabkan si Tukang Pedati
terjatuh ke sungai dan kehilangan pedati beserta barang dagangannya. Si Pembuat
Jembatan disalahkan karena kayu untuk bahan jembatan itu tidak kuat dan
menyebabkan jembatan runtuh.
Tidak
ada yang mengaku bersalah, Si ukang Jembatan menyalahkan si Tukang kayu,si
Tukang kayu menyalahkan Si Penjual Kayu,dan si Penjual kayu menyalahkan
pembantunya. Meraka saling membela diri.
Akhirnya si pembantu
yang berbadan gemuk dan tidak memiliki uang dijadikan korban. Namun, penjara
tidak muat untuk si Pembantu yang gemuk, dan dia tidak punya uang untuk disita.
Si Hakim menyuruh pengawalnya untuk mencari pembantu yang berbadan kurus,
pendek dan punya uang dan memenjarakanya.Akhirnya pembantu yang berbadan
pendek, kurus,dan punya uang dimasukan penjara dan disita uangnya. Peradilan
pun dianggap adil.
Poin Penting
Untuk mengubah teks
anekdot menjadi teks dialog dapat dilakukan dengan cara mengubah cara penulisan
alinea atau paragraf-paragraf dalam teks anekdot kedalam bentuk
percakapan atau dialog.
Saya sangat mengapresiasi segala kunjungan, komentar dan
kritik pembaca ke blog KUTUBUKU. Semua itu telah membuat blog KUTUBUKU
menjadi lebih baik. Saya mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam berinteraksi.